Kamis, 31 Oktober 2013

Berpikir Diakronik, Sinkronik, Kausalita, Interprestasi, dan Periodesasi Sejarah

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
    Sejarah adalah ilmu yang mandiri. Mandiri, artinya mempunyai filsafat ilmu sendiri, permasalahan sendiri, dan penjelasan sendiri. Sejarah berarti menafsirkan , memahami,dan mengerti. Kita mualia dengan menunjukan ke khasan sejarah sebagai ilmu. Will Helm Diel They 1833-1911 membagi ilmu menjadi dua, yaitu ilmu tentang dunia luar dan ilmu tentang dunia dalam. Ilmu tentang dunia luar adalah ilmu yang mempelajari tentang alam, sedangkan ilmu tentang dunia dalam adalah ilm-ilmu  kemanusiaan humanities, human studies, cultural sciences dalam ilmu-ilmu kemanusiaan dimasukannya sejarah, ekonomi, sosiologi, anntropologi social, psikologi, perbandingan agama, hokum politik, filologi dan kritik sastra.

    Sejarah memiliki pola memanjang dalam waktu, terbatas dalam ruang. Sejarah adalah proses, dan sejarah adalah perkembangan. Menurut Galtung, sejarah adalah ilmu diakronis berasal dari kata diachronich; dia dalam bahasa latin artinya melalui dan chronicus artinya waktu. Sejarah disebut ilmu diakronis, sebab sejarah meneliti gejala-gejala yang memanjang dalama waktu, tetapi dalam ruang yang terbatas. Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang meneliti gejala-gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas. Kedua ilmu ini saling berhubungan. Beberapa contoh topic fiktif dari sejarah yang diakronis dn ilmu social lain yang sinkronis akan menerangkan perbedaan itu secara lebih jelas. Topic sejarah yang diakronis, misalnya : “sejarah Unisoviet, 1917-1989”; “Diplomasi Amerika: gugurnya politik isolasi, 1898-2003”; “perang dingin, 1945-1989”. ( judul-judul sengaja diberi angka tahun, semata-mata untuk menunjukkan sifatnya yang diakronis. Penelitian arsip memungkinkan orang untuk meneliti waktu yang panjang. Istilah memanjang dalam waktu itu meliputi juga gejala sejarah yang ada di dalam waktu yang panjang itu. Sedangkan contoh topic-topik dari ilmu social lainnya misalnya adalah: “Tarekat Naqsyabandiyah – Qodiriyah di pesantren-pesantren jawa”; “kota-kota metro politan : Jakarta , Surabaya dan Medan”; (metode survey dan interview hanya memungkinkan topic yang kontemporer dengan jangka waktu yang pendek, tetapi bias jadi ruangnya yang sangat luas.


1.2 Rumusan Masalah
    1.2.1 Berpikir Diakronik Dalam Sejarah
    1.2.2 Berpikir Sinkronik Dalam Sejarah
    1.2.3 Berpikir Kausalita Dalam Sejarah
    1.2.4 Berpikir Interprestasi Dalam sejarah
    1.2.5 Berpikir Periodesasi Dalam Sejarah

1.3 Tujuan Penulisan
    Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan pembaca tentang pengertian sejarah, berpikir secara diakronik,sinkronik, kausalita, interpestasi serta periodesasai dalam sejarah.

1.4 Manfaat Penulisan
    Memberikan ilmu pengetahuan tentang bagaimana berpikir secara diakronik, sinkronik, kausalita, interprestasi dan periodesasi dalam sejarah. Membangun sifat ingin tau siswa dalam mempelajari ilmu sejarah.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penjelasan sejarah
    Penjelasan sejarah lebih dari pada penjelasan sebab akibat ( penjelasan kausal ). Menekankan sebab akibat dan meninggalkan penjelasan yang lainnya berarti sebuah reduksi atas hakikat ilmu sejarah. Kiranya tidak perlu lagi ditekankan bahwa semua penjelasan sejarah harus didukung oleh data yang otentik, terpercaya dan tuntas. Selanjutnya, bila disederhanakan, kaidah-kaidah penjelasan sejarah ialah :
Regularity
Generalisasi
Memakai inferensi ( kesimpulan ) Statistic dan metode statistic
Pembagian waktu dalam sejarah ( jangka panjang ) waktu geografis
Penjelasan sejarah juga terdapat dalam sejarah naratif, deskriptif, dan sejarah bercerita
Penjelasan bersifat multiinterpretable, tergantung pada perspektif sejarawan.

2.2 Diakronik 
    Cara berfikir diakronik dalam mempelajari sejarah : Sejarah itu diakronis maksudnya me¬manjang dalam waktu, sedangkan ilmu-ilmu sosial itu sinkronis maksudnya melebar dalam ruang. Sejarah mementingkan proses, sejarah akan membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B. 

Sejarah berupaya melihat segala sesuatu dari sudut rentang waktu. Pendekatan diakronis adalah salah satu yang menganalisis evolusi/perubahan sesuatu dari waktu ke waktu, yang memungkinkan seseorang untuk menilai bagaimana bahwa sesuatu perubahan itu terjadi sepanjang masa. Sejarawan akan menggunakan pendekatan ini untuk menganalisis dampak perubahan variabel pada sesuatu, sehingga memungkinkan sejarawan untuk mendalilkan MENGAPA keadaan tertentu lahir dari keadaan sebelumnya atau MENGAPA keadaan tertentu berkembang / berkelanjutan.

Contoh:
Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920
Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930;
Revolusi Fisik di Indonesia, 1945-1949;
Gerakan Zionisme 1897-1948 dan sebagainya.

2.3 Sinkronik 
    Cara berfikir sinkronik dalam mempelajari sejarah : Sedangkan ilmu sosial itu sinkronik (menekankan struktur) artinya ilmu sosial meluas dalam ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, tidak tetap pada waktunya. Ini tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi seperti itu.

Contoh: suatu saat mungkin menggunakan pendekatan sinkronis untuk menggambarkan keadaan ekonomi di Indonesia pada suatu waktu tertentu, menganalisis struktur dan fungsi ekonomi hanya pada keadaan tertentu dan pada di saat itu.Penelitian arsip memungkinkan orang untuk meneliti waktu yang panjang. 
Istilah memanjang dalam waktu itu meliputi juga gejala sejarah yang ada didalam waktu yang panjang itu.

Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang meneliti gejala - gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas.

Sedangkan contoh penulisan sejarah dengan topik - topik dari ilmu sosial yang disusun dengan cara sinkronis lainnya misalnya adalah: 
- Tarekat Naqsyabandiyah 
- Qodiriyah di pesantren - pesantren Jawa´; 
- Kota - kota metropolitan : Jakarta , Surabaya dan Medan´; (metode survey dan interview hanya memungkinkan topik yang kontemporer dengan jangka waktu yang pendek, tetapi bisa jadi ruangnya yang sangat luas.

Kedua ilmu ini saling berhubungan ( ilmu sejarah dan ilmu – ilmu sosial ). Kita ingin mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial lain yang sinkronis Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah Ilmu diakronis bercampur dengan sinkronis
Contoh: 
- Peranan militer dalam politik,1945-1999 ( yang ditulis seorang ahli ilmu politik ) 
- Elit Agama dan Politik 1945- 2003 (yang ditulis ahli sosiologi )

2.4 Kausalita
     Kausalitas merupakan prinsip sebab-akibat yang ilmu dan pengetahuan yang dengan sendirinya bisa diketahui tanpa membutuhkan pengetahuan dan perantaraan ilmu yang lain dan pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.

Kausalitas dibangun oleh hubungan antara suatu kejadian (sebab) dan kejadian kedua (akibat atau dampak), yang mana kejadian kedua dipahami sebagai konsekuensi dari yang pertama.

Kausalitas merupakan asumsi dasar dari ilmu sains. Dalam metode ilmiah, ilmuwan merancang eksperimen untuk menentukan kausalitas dari kehidupan nyata. Tertanam dalam metode ilmiah adalah hipotesis tentang hubungan kausal. Tujuan dari metode ilmiah adalah untuk menguji hipotesis tersebut.

LEOPOLD VON RONKE mengeluarkan dictum bahwa hendaknya sejarawan menulis sebagaimana yang terjadi yng sebenarnya .Artinya ,sejarawan harus tunduk kepada fakta ,sejarawan harus punya integritas, dan sejarawan harus objektif (tidak boleh memihak). Dia mengeluarkan dictum itu pada abad ke-19 tatkala pengaruh filsafat positivisme sangat dominan.Dalam kausalitassejarawan harus menganalisis dua hal ,yaitu kasus (peristiwa) dan  perubahan . Keduanya berbeda dalam akibat yang ditimbulkan : kasus bersifat prosesual tanpa perubahan ,sedangkan dalam perubahan terjadi perubahan kausalitas ,yaitu perubahan structural dan perubahan system.Dalam studi kasus kita menemukan adanya kasus tunggal yang kompleks .Kasus tunggal disebut sederhana bila sejarawan menemukan bshwa penyebabnya hanya satu (monokausal),sedangkan kasus tunggal disebut kompleks kalau penyebabnya banyak (multikausal).

Analisis Monokausal.Prinsip kausalitas adalah adanya regularity (keajekan).Detail prinsip itdiantaranya berbunyi demikian “kekosongan otoritas mengakibatkan anarki”;”rezim politik yang mengahadapi kesulitan selalu mencari kambing hitam “;”untuk menghalang solidaritas ,pemerintah menunjuk musuh-musuh maya atau nyata”;ketakadilan menimbulkan perlawanan”;krisis politik mengundang militerisme”.Kausalitas adalah tema ,jadi tidak perlu eksplisit  . Contoh  buku karya John Ingleson, Road To Exail: The Indonesian Nationalist Movement 1927-1934. Tema kausalitas buku ini  ialah ketidakadilan  menimbulkan perlawanan “. Kausalitas buku initidak akan eksplisit , dan kita akan mengira bahwa buku ini memilih jalur narrative hiastori ,sebab buku ini berhasil melacak tema hamper dari hari ke hari .Buku ini melacak gerakan nasionalisme di Indonesia dari sejak 1927 sampai pengasingan tokoh-tokoh nasionalis pada 1934.Di dalamnya kita temukan isu-isu yang hanya kontemporer ,seperti masalah ko dank o, moderat dan dan radikal ,kemajuan social ekonomi dan Indonesia merdeka.

2.5 Interprestasi
     Interpretasi atau penafsiran adalah proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbol-simbol yang sama, baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan). Menurut definisi, interpretasi hanya digunakan sebagai suatu metode jika dibutuhkan. Jika suatu objek (karya seni, ujaran, dll) cukup jelas maknanya, objek tersebut tidak akan mengundang suatu interpretasi. Istilah interpretasi sendiri dapat merujuk pada proses penafsiran yang sedang berlangsung atau hasilnya.

Suatu interpretasi dapat merupakan bagian dari suatu presentasi atau penggambaran informasi yang diubah untuk menyesuaikan dengan suatu kumpulan simbol spesifik. Informasi itu dapat berupa lisan, tulisan, gambar, matematika, atau berbagai bentuk bahasa lainnya. Makna yang kompleks dapat timbul sewaktu penafsir baik secara sadar ataupun tidak melakukan rujukan silang terhadap suatu objek dengan menempatkannya pada kerangka pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas.

Tujuan interpretasi biasanya adalah untuk meningkatkan pengertian, tapi kadang, seperti padapropaganda atau cuci otak, tujuannya justru untuk mengacaukan pengertian dan membuat kebingungan.

2.6 Periodesasi
  Periodesasi diartikan sebagai pembabakan waktu yang digunakan untuk berbagai peristiwa. Kompleksnya peristiwa terjadi dalam kehidupan manusia pada setiap masa memerlukan suatu pengklasifikasian berdasarkan bentuk serta jenis peristiwa tersebut. Peristiwa-peristiwa yang telah diklasifikasikan itu disusun secara kronologis berdasarkan urutan waktu kejadiannya.

   Rentang waktu atau masa sejak manusia ada hingga sekarang merupakan rentang yang sangat panjang, sehingga para ahli sejarah sering mengalami kesulitan untuk memahami dan membahas masalah-masalah yang muncul dalam sejarah kehidupan manusia. Para ahli menyusun periodisasi sejarah.

  Periodisasi digunakan untuk mempermudah pemahaman dan pemahaman sejarah kehidupan manusia. Periodisasi yang dibuat oleh banyak peneliti adanya perbedaan-perbedaan pandangan sehingga periodisasi sejarah bersifat seubjektif yang dipengaruhi seubjek permasalahan serta pribadi penelitinya.
Dalam sejarah Indonesia, periodisasi dibagi dua, yaitu zaman praaksara dan zaman sejarah.



BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan
  Dapat kita simpulkan berarti ilmu sejarah menurut  Will Helm Diel They 1833-1911 termasuk ilmu tentang dunia dalam. Dari kekhasan ilmu sejarah itu jelaslah bahwa harus ada pendekatan khusus untuk menerangkan gejala sejarah ( peristiwa, tokoh, perbuatan, pikira, dan perkataan). Pendekatan yang digunakan untuk mempelajari sejarah dengan menggunakan pendekatan melalui ilmu-ilmu alam (ilmu tentang dunia luar) tidak sesuai dengan hakikat ilmu-ilmu kemanusiaan. Abrasi pantai, tanah longsor,banjir bandang, dan peristiwa alam yang lain memang dapat dianalisis tentang sebab akibat yang pasti berdasar teori ilmu yang di dapat secara kumulatif. Demikian halnya dengan gejala tehnik, kedokteran, astronomis, peternakan, geologi, dan sebagainya tidak sesuai dengan sejarah. Istilah “penjelasan” memadai untuk menerangkan gejala sejarah.

0 comments:

  © NUMPANG share template Newspaper Style by pak ELA

Back to TOP