Pemerintah Terkesan Lambat Bebaskan WNI Yang Disandera Perompak Somalia

Kapal Sinar Kudus yang dibajak oleh Perompak Somalia di perairan Laut Arab saat melakukan perjalanan dari Pomalaa, Sulawesi Tenggara menuju Rotterdam, Belanda, pada 16 Maret 2011 lalu yang diawaki 31 orang ABK dan 20 orang diantaranya adalah Warga Negara Indonesia. Bahkan Kapten dari kapal Sinar Kudus Slamet Jauhari adalah warga Negara Indonesia. Para perompak tersebut meminta tebusan untuk pembebasan para ABK sebesar USD3,5 juta Dolar atau setara dengan Rp.35 miliar. Namun sudah hampir sebulan mereka disandera tapi pemerintah terlihat santai dalam menangani masalah ini, padahal jika dipikir-pikir Rp.35 miliar tidak seberapa dengan biaya pembangunan Gedung Baru DPR yang memakai uang rakyat Rp.1 triliyun lebih tersebut, apakah ini memang membuktikan bahwa para pemimpin negara ini sudah tidak punya HATI dan OTAK lagi? Para pejabat negara ini sepertinya hanya bisa bicara tapi tidak bisa bertindak, padahal ini sudah
menyangkut nyawa anak bangsa yang sudah mengharumkan nama INDONESIA. Para keluarga ABK kapal Sinar kudus sudah mengirimkan surat kepada Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengenai nasib keluarga mereka yang disandera di perarian Arab tersebut. Dari berita yang saya dapat, bahkan kapten kapal sempat bernegosiasi dengan perompak untuk membebaskan mereka karena para ABK mulai sakit dan persediaan makanan mulai menipis. Namun para perompak belum mau membebaskan para sandera sebelum permintaan mereka dipenuhi, bahkan mereka menaikkan uang tebusan menjadi USD3,5 juta dolar atau setara dengan 35 miliar rupiah karena respon pemerinta yang terkesan lambat dan bertele-tele dalam menyelesaikan masalah ini.
Pada tahun 1981 Pesawat Garuda Indonesia Tujuan Jakarta - Medan juga pernah dibajak. Tanggal 28 maret 1981,Pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA-206 "Woyla" tujuan Medan, Sumatra Utara berangkat dari Jakarta pada pukul 08.00 pagi dan melakukan transit di Palembang. Pesawat berjenis McDonnell Douglas DC-9 itu dijadwalkan tiba di medan pada pukul 10.55 waktu indonesia barat.
Beberapa saat setelah mengudara dari Palembang, 2 orang penumpang secara tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya, 1 orang langsung bergegas menuju kokpit dan 1 lagi berdiri sambil mengeluarkan senjatanya dan mengacam para penumpang untuk tidak berbuat macam-macam. Sang pembajak yg berada di kokpit segera mengeluarkan senjatanya dan mengancam sang pilot untuk mengarahkan pesawat tsb menuju Kolombo,sri lanka. Tapi karena bahan bakar yg tidak mencukupi, maka sang pilot terpaksa mengarahkan pesawatnya ke Penang , Malaysia.
Setelah dilakukan penyelidikan para pembajak ini berasal dari kelompok yg menamakan dirinya Jihad Commando Group, sebuah Kelompok Islam garis keras yang bertanggung jawab atas aksi-aksi penyerbuan ke kantor polisi dan berbagai aksi sabotase di Indonesia antara tahun 1977 sampai 1981. Pada saat itu juga pemerintah Indonesia segera memberlakukan keadaan darurat, karena sebelumnya Indonesia belom pernah mengalami aksi pembajakan yg serius sejak kasus pada tahun 1974 saat seorang marinir yg sedang mengalami depresi membajak sebuah penerbangan domestik.
Sore itu juga dibentuklah Sebuah Grup dari Kopassus (namanya dulu Kopahasanda) dan disiapkan juga sebuah peswat DC-9 dari Garuda yang akan digunakan untuk latihan pembebasan sandera.
Setelah Woyla meninggalkan Penang, pesawat tsb menuju bandara udara internasional Don Muang, Bangkok. Seorang sandera wanita diperbolehkan turun di malaysia. Para pembajak mengajukan tuntutan: 1. Pembebasan Pimpinan kelompok Komando Jihad yg dipenjara pemerintah, uang sebesar 1.5 Juta Dollar , AS dan sebuah pesawat untuk melarikan diri, mereka juga mengancam akan meledakan bom jika pemerintah tidak memenuhi tuntutan mereka. Keadaan menjadi semakin sulit untuk Komandan Pasukan komando kopassus, dia memperkirakan para pembajak ini akan menerbangkan woyla ke sebuah kota di daerah Timur tengah (Middle East), belum lagi baru saja ada telepon dari Dubes Amerika Serikat yg dan mengatakan bahwa ia mempercayakan keselamatan para penumpang Amerika serikat yg berada di dalam "Woyla" kepadanya. Keesokan pada tanggal 29 maret 1981 , pukul 9 malam WIB, 35 anggota pasukan Komando Kopassus berangkat dari Jakarta menggunakan pesawat DC-10 Garuda dengan mengenakan pakaian warga sipil.
Pada saat itu pemerintahan Thailand sebenarnya kurang setuju dengan pengiriman pasukan komando kopassus ini, karena mereka lebih memilih untuk melakukan negosiasi daripada pendekatan militer. Namun pada akhirnya pemerintah thailand mengijinkan operasi ini dijalankan karena desakan dari pemerintah indonesia dan berhubung semua teroris yang membajak pesawat tersebut juga berkewarganegaraan Indonesia. Sebelum operasi dilaksanakan pimpinan CIA di Thailand memberikan pinjaman Flak Jacket, Alat pendobrak serta beberapa Sub machine gun jenis MP-5. 31 Maret 1981
02.30: Pagi-pagi buta, ditengah kegelapan sekitar 500 meter dari dari woyla pasukan komando kopassus yg dibagi menjadi 3 grup (Biru,merah dan hijau) berjalan mengendap-endap menuju pesawat, tim biru dan merah akan menyerbu dari pintu darurat yg terletak di sayap pesawat dan tim hijau akan menyerbu dari pintu samping dalam saat yg bersamaan setelah kode "go" diberikan 02.43: Pasukan komando Thailand bergerak mengamankan daerah sekitar landasan untuk mencegah kemungkinan adanya para pembajak melarikan diri 02.45: Kode "go" diberikan tim hijau menerobos dan masuk terlebih dahulu untuk memastikan apakah ada pembajak yg menjaga pintu akan dimasuki tim biru dan merah.
Seorang pembajak kemudian melepaskan tembakan ke salah satu anggota pasukan komando kopassus dan mengenai bagian yg tidak dilindungi oleh kelvar, akhirnya teroris tersebut menembak dirinya sendiri. Anggota tim hijau yg lain segera menyerbu masuk dan melepaskan tembakan, saat itu jg secara bersamaan tim biru dan merah masuk menyerbu ke dalam pesawat, dengan cepat beberapa orang pembajak berhasil dilumpuhkan, kemudian pimpinan pasukan komando kopassus segera berteriak kepada para sandera untuk segera berlari keluar dari pesawat. Keadaan berubah menjadi tegang ketika seorang pembajak berlari sambil membawa granat dan mencoba melemparkannya, hal ini berhasil dicegah oleh keberanian seorang penumpang yg segera menjatuhkan pembajak tersebut, saat itu juga seorang anggota pasukan kopassus segera menembak pembajak tersebut. Situasi segera dapat diambil alih oleh pasukan komando kopassus, seluruh pembajak tewas di tempat dan tidak satupun sandera yg tewas.
02.55: Seluruh area pesawat berhasil diamankan oleh pasukan komando kopassus , Ambulans dan paramedik berdatangan dan bergegas menolong pilot woyla yg secara tidak sengaja tertembak oleh salah satu pembajak saat penyerbuan (raid) dilaksanakan. Bandara udara internasional Don Muang menjadi ramai oleh para jurnalis dari wartawan yang kebayakan berasal dari Amerika serikat, Jepang, Australia, Jerman barat, Perancis, Singapura dan Indonesia yg ingin mengetahui apa yg sebenarnya terjadi di pesawat.
Keesokan harinya Dunia terkejut dengan kemampuan pasukan komando Indonesia, Asian Wall street Journal dan Majalah-majalah serta surat kabar di eropa barat dan Amerika serikat memuji kehebatan dan ketenangan pasukan komando kopassus dalam melaksanakan tugasnya. Hari ini pasukan komando kopassus yg bernama Den 81 ini lebih dikenal dgn nama Sat 81 Gultor (Penanggulangan Terror)/ Grup 5 Kopassus, masih merupakan salah satu pasukan anti-terror yg paling disegani di kawasan asia tenggara.
Namun dibandingkan peristiwa 1981 lalu atau yang lebih dikenal dengan peristiwa "WOYLA" ini, pemerintah lebih santai dalam menanggapi nasib para WNI yang disandera Para Perompak Somalia yang sudah belangsung hampir selama sebulan.
0 comments:
Posting Komentar