Selasa, 11 Januari 2011

6 Orang Tewas Karena Tiwul

Semarang,- "Kasihan ya," kata Aminah, warga Semarang Selatan sesaat setelah mengetahui berita enam bersaudara di Kabupaten Jepara meninggal dunia bukan karena serangan penyakit, tetapi karena keracunan saat makan tiwul yang terbuat dari bahan ketela pohon.

Bukan hanya Aminah, berita tragis tersebut menjadi bahan pembicaraan setiap orang dan memunculkan sejumlah pertanyaan tak berjawab, di antaranya apakah mungkin keluarga tersebut tidak mampu untuk membeli beras miskin (raskin) meskipun harganya jauh dari harga pasaran, sehingga terpaksa mengkonsumsi tiwul.

Jamhamid (45), orang tua korban membenarkan bahwa keluarganya selalu bergelut dengan kekurangan. Penghasilannya sebagai penjahit di Semarang yang hanya berkisar Rp150 ribu hingga Rp200 ribu sepekan jauh dari cukup.
Penghasilan tersebut hanya bisa menopang kehidupan untuk tiga hari hingga empat hari keluarga yang tinggal di Desa Jebol, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara.

"Terkadang, kami hanya bisa membeli beras 10 kilogram saja untuk memenuhi kebutuhan delapan anggota keluarga," katanya.

Ia mengakui sejak dua pekan terakhir sebelum duka datang, dirinya sekeluarga harus mengkonsumsi makanan alternatif berupa tiwul yang disediakan istrinya, Siti Sunayah (41).

Siti Sunayah membuat tiwul yang terbuat dari sari ketela pohon, dicampur gula aren dan parutan kelapa.

Tiwul yang sedinya dijadikan makanan pengganti nasi mengakibatkan enam anak pasangan Jamhamid dan Siti Sunayah pergi untuk selamanya.

Keenam anaknya yang meninggal yakni Lutfiana (22), meninggal pada Sabtu (1/1) pagi. Belum kering air mata menetes, Sabtu (1/1) malam, anaknya lelakinya Abdul Amin meninggal dunia.

Tak hanya dua anaknya yang menjadi korban tiwul, menyusul Ahmad Kusrianto (5) anak nomor enam dan Ahmad Hisyam Ali (13) anak nomor empat.

Rupanya duka masih belum mau beranjak dari keluarga Jamhamid, walau sudah merenggut empat anaknya, anak nomor lima dan tiga, yakni Saidatul Kusniah (8) dan Faridatul Solihah (15) meninggal Senin (3/1) dini hari.

Kasus tragis tewasnya enam bersaudara karena keracunan makan tiwul, bagi pengamat ekonomi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, FX. Sugiyanto dikarenakan daya beli yang rendah di tingkat masyarakat.

Warga Kabupaten Jepara tersebut makan tiwul karena tidak mampu membeli beras akibat pendapatan tidak mencukupi kebutuhan rumah tangga.

Keluarga Jamhamid dan Siti Sunayah tidak sendiri, banyak keluarga lain yang senasib yang masuk dalam kategori keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan di Jateng.

0 comments:

  © NUMPANG share template Newspaper Style by pak ELA

Back to TOP